KALIMANTAN TIMUR - Di tengah maraknya pembangunan infrastruktur dan perubahan dalam moda transportasi, penyeberangan feri Balikpapan-PPU (Penajam Paser Utara) tetap menjadi pilihan utama bagi banyak masyarakat. Sejumlah pengendara sepeda motor terlihat berbondong-bondong keluar dari kapal feri yang baru saja bersandar di Pelabuhan Penajam Paser Utara. Keberadaan Ibu Kota Nusantara (IKN) yang baru seakan tidak mengurangi popularitas rute laut ini.
Transportasi penyeberangan melalui feri dari Balikpapan menuju Penajam Paser Utara, dan sebaliknya, terus dipilih oleh warga karena efisiensinya dalam mempersingkat jarak tempuh. Meskipun kini terdapat beberapa alternatif transportasi lainnya, feri masih menjadi primadona dengan berbagai alasan yang khas. Salah satunya adalah kemampuannya untuk mengangkut mobil, motor, dan penumpang secara bersamaan dalam kapasitas besar.
Menurut data yang diperoleh dari Dinas Perhubungan Penajam Paser Utara, jumlah penumpang yang menggunakan layanan feri tidak menunjukkan tanda-tanda menurun. "Setiap hari, rata-rata ada sekitar 1.500 kendaraan yang menggunakan layanan feri ini, baik roda dua maupun roda empat," kata Kepala Dinas Perhubungan Penajam Paser Utara, Bambang Susilo. Ia menambahkan, "Kami melihat antusiasme masyarakat terhadap jalur ini tetap tinggi, terutama karena waktu tempuh yang lebih singkat dan tarif yang terjangkau."
Sejak ditetapkannya Kalimantan Timur sebagai lokasi Ibu Kota Nusantara, pembangunan infrastruktur meningkat pesat. Namun, rute feri Balikpapan-PPU tetap relevan. Waktu tempuh yang relatif singkat menjadi salah satu faktor penentu. Kurang lebih satu jam diperlukan untuk menyeberangi Selat Balikpapan yang memisahkan kedua daerah ini, dibandingkan dengan jalur darat yang memakan waktu lebih lama karena harus memutar.
Tak hanya soal waktu, biaya yang dikeluarkan untuk menggunakan jasa penyeberangan feri pun menjadi pertimbangan penting bagi masyarakat. Tarif yang dikenakan lebih ekonomis dibandingkan moda transportasi lainnya, menjadikannya lebih terjangkau bagi penduduk lokal. Suasana yang lebih santai selama perjalanan feri juga menjadi nilai tambah, di mana para penumpang dapat menikmati pemandangan laut selama perjalanan.
Syamsul Arif, seorang pengguna setia layanan feri, mengungkapkan kepuasan atas layanan yang diterima. "Saya hampir setiap minggu menggunakan feri untuk urusan kerja. Cepat, nyaman dan biayanya pun pas di kantong. Tidak ada yang bisa menggantikannya untuk saat ini," ujarnya sambil tersenyum.
Kendati demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa adanya pembangunan Ibu Kota Nusantara membawa tantangan baru bagi sektor transportasi di wilayah ini. Pemerintah berupaya untuk terus meningkatkan layanan penyeberangan feri, baik dari segi kapasitas maupun dari segi keamanan dan kenyamanan. Inovasi dan modernisasi sistem sedang dalam perencanaan agar dapat mengakomodasi pertumbuhan jumlah penumpang di masa depan.
Kajian sedang dilakukan oleh pihak terkait untuk menambah jumlah armada dan meningkatkan fasilitas pelabuhan guna memberikan pelayanan yang lebih baik. "Kami menyadari pentingnya peran feri dalam mendukung mobilitas masyarakat di sekitar kawasan IKN. Oleh karena itu, kami berkomitmen untuk terus memperbaiki layanan ini," ujar Bambang Susilo lebih lanjut.
Dengan berbagai upaya tersebut, diharapkan penyeberangan feri Balikpapan-PPU tidak hanya menjadi moda transportasi yang efisien dan hemat biaya, tetapi juga dapat mendukung pertumbuhan ekonomi dan sosial di kedua wilayah ini. Pengembangan yang direncanakan diharapkan dapat menjawab tantangan yang ada, serta mempertahankan posisi feri sebagai primadona di tengah dinamika transportasi yang terus berubah.
Penyeberangan Balikpapan-PPU merupakan salah satu contoh bagaimana moda transportasi yang sudah ada dapat tetap bersaing dan relevan dalam era modern, ketika kecepatan dan biaya menjadi prioritas utama bagi para pengguna jasa. Dengan demikian, masyarakat dapat terus menikmati kenyamanan dan efisiensi yang ditawarkan oleh layanan feri ini di masa mendatang.