JAKARTA - PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) menggarap hilirisasi bauksit menjadi aluminium untuk menambah nilai tambah industri nasional. Strategi ini dinilai mampu memperkuat ekonomi lokal sekaligus mengurangi ketergantungan impor aluminium.
Head of Business Development and Strategy Inalum, Al Jufri, menjelaskan bahwa harga bauksit sebagai bahan baku hanya berkisar US$ 40 per ton. Setelah diolah menjadi alumina, nilainya naik 10 kali lipat menjadi sekitar US$ 400 per ton, dan meningkat lagi saat menjadi aluminium yang kini diperdagangkan US$ 2.900–3.000 per ton di pasar global.
Dampak Multiplier Effect di Mempawah
Al Jufri mencontohkan proyek PT Borneo Alumina Indonesia di Mempawah, Kalimantan Barat, yang berdampak besar pada perekonomian daerah. Sebelumnya, Mempawah termasuk kabupaten dengan GDP terendah, namun kini pertumbuhannya menjadi salah satu tertinggi di provinsi tersebut.
Proyek ini menyerap ribuan tenaga kerja, termasuk kontraktor dan subkontraktor, serta membangkitkan ekonomi lokal melalui hunian, restoran, dan layanan pendukung lainnya. Saat fasilitas beroperasi maksimal, pajak dan kontribusi ke pusat serta daerah diproyeksikan meningkat signifikan.
Fasilitas SGAR dan Ekspansi Fase II
PT Borneo Alumina Indonesia merupakan perusahaan patungan Inalum dan PT Aneka Tambang Tbk (Antam) yang membangun fasilitas Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR). Fase I memiliki kapasitas 1 juta ton alumina dengan target Commercial Operation Date (COD) akhir 2025, sementara Fase II dijadwalkan mulai pembangunan tahun depan untuk COD akhir 2028 atau awal 2029.
Fasilitas ini diharapkan mampu mengurangi ketergantungan terhadap impor aluminium yang masih mencapai 54% dari kebutuhan domestik. Dengan produksi lokal lebih besar, nilai tambah dari US$ 400 menjadi US$ 2.900 per ton dapat terjadi di dalam negeri, sehingga ekonomi daerah dan nasional terdorong lebih kuat.
Kontribusi Ekonomi dan Sosial Inalum
Selain mendorong industri aluminium nasional, Inalum juga menyiapkan program sosial menyambut HUT ke-50 pada 6 Januari 2026. Corporate Secretary Mahyaruddin Ende menjelaskan program Aksi Peduli meliputi pemeriksaan kesehatan gratis, pasar murah di 12 titik, dan pemulihan infrastruktur di kawasan terdampak bencana.
Head of Grup Strategic Support, Daniel Jimmy P. Hutauruk, menambahkan bahwa momentum setengah abad Inalum dimaknai sebagai ajakan berkontribusi aktif dalam aksi kemanusiaan. Bantuan akan disalurkan di Sumatra Utara, Sumatra Barat, dan Aceh antara Desember 2025 hingga akhir Januari 2026.
Al Jufri menekankan bahwa hilirisasi bauksit menjadi aluminium tidak hanya menambah nilai ekonomi, tetapi juga menciptakan lapangan kerja baru. Dampak ekonomi ini terlihat jelas di Mempawah, mulai dari sektor konstruksi, jasa, hingga perdagangan lokal yang ikut tumbuh.
Hilirisasi diharapkan menjadi model bagi daerah lain di Indonesia agar nilai tambah dari industri pengolahan sumber daya alam dapat lebih banyak dinikmati domestik. Jika berhasil direplikasi, daerah lain juga bisa mengalami lonjakan ekonomi dan penguatan kapasitas industri lokal.
Potensi Hilirisasi untuk Ketahanan Industri
Inalum menargetkan produksi aluminium lokal dapat mencukupi lebih dari 50% kebutuhan domestik dalam beberapa tahun ke depan. Dengan demikian, impor aluminium yang saat ini masih signifikan dapat ditekan, sekaligus meningkatkan ketahanan industri nasional.
Proyek SGAR dan hilirisasi ini juga berperan dalam pengembangan teknologi dan keahlian sumber daya manusia di sektor pengolahan aluminium. Inalum dan Antam berfokus pada transfer teknologi agar industri dalam negeri mampu bersaing di tingkat global.
Selain aspek ekonomi, hilirisasi aluminium memberikan dampak sosial, termasuk peningkatan kesejahteraan masyarakat di sekitar proyek. Pendapatan tambahan dari pajak, lapangan kerja, dan kegiatan ekonomi pendukung diharapkan mendorong pembangunan daerah secara menyeluruh.
Dengan pengembangan industri aluminium yang berkelanjutan, Inalum memperkuat posisi sebagai motor pertumbuhan ekonomi nasional. Strategi ini sejalan dengan visi holding MIND ID untuk membangun industri pertambangan dan pengolahan yang terintegrasi, produktif, dan berdaya saing global.