JAKARTA - Transformasi digital di sektor penerbangan kini semakin nyata. Citilink Indonesia mengambil langkah berani dengan mendorong penggunaan boarding pass digital. Kebijakan ini dirancang bukan hanya untuk menghadirkan layanan lebih modern, tetapi juga untuk menciptakan pengalaman perjalanan yang praktis sekaligus ramah lingkungan.
Namun di balik semangat menuju digitalisasi, Citilink tetap membuka ruang bagi layanan konvensional. Hal ini untuk memastikan bahwa semua penumpang, tanpa terkecuali, tetap dapat menikmati perjalanan yang nyaman dan lancar.
Keunggulan Boarding Pass Digital
Menurut Tashia Scholz, Corporate Secretary & CSR Group Head PT Citilink Indonesia, alasan utama peralihan ini adalah kenyamanan serta fleksibilitas.
“Dengan boarding pass digital, penumpang bisa check-in lebih cepat, mengakses boarding pass langsung dari aplikasi seluler, dan tak perlu repot mencetak tiket. Selain praktis, ini juga bentuk komitmen Citilink untuk mendukung keberlanjutan lingkungan,” jelas Tashia.
Dengan adanya boarding pass digital, antrean panjang di bandara dapat ditekan. Penumpang cukup menyiapkan ponsel pintar mereka untuk melewati proses check-in hingga boarding. Praktis dan efisien menjadi nilai tambah utama dari sistem baru ini.
Selain itu, langkah ini sekaligus mengurangi penggunaan kertas. Dengan berkurangnya tiket cetak, Citilink menunjukkan kontribusi nyata dalam mendukung keberlanjutan lingkungan, sejalan dengan tren industri penerbangan global.
Tantangan di Lapangan
Meski mayoritas penumpang menyambut positif, Citilink tidak menutup mata terhadap tantangan yang muncul.
“Beberapa penumpang mungkin mengalami kesulitan dengan boarding pass digital, seperti koneksi internet yang lemah, baterai ponsel yang rendah, atau kesulitan teknis saat menggunakan aplikasi seluler. Namun, secara umum, penumpang memberikan respons positif karena boarding pass digital menawarkan kemudahan akses, menghemat waktu, dan ramah lingkungan,” kata Tashia.
Permasalahan teknis seperti baterai habis atau jaringan internet yang tidak stabil memang tidak bisa dihindari. Situasi tersebut bisa membuat sebagian penumpang merasa tidak nyaman, terutama mereka yang terburu-buru atau tidak terbiasa menggunakan aplikasi.
Kebijakan ini juga dianggap kurang ramah bagi penumpang lanjut usia maupun penumpang yang tidak akrab dengan teknologi digital. Untuk itu, Citilink menegaskan kesiapan mereka menyediakan dukungan penuh di lapangan.
Antisipasi Citilink
Sebagai solusi, Citilink menugaskan petugas darat untuk membantu penumpang. Baik dalam proses check-in, penggunaan aplikasi, maupun kebutuhan mencetak boarding pass jika diperlukan.
“Kami ingin semua penumpang, tanpa terkecuali, tetap merasa nyaman. Boarding pass digital adalah opsi yang ramah lingkungan, tapi akses ke layanan konvensional tetap ada,” tegas Tashia.
Dengan demikian, meskipun digitalisasi menjadi prioritas, Citilink memastikan bahwa tidak ada penumpang yang merasa tertinggal. Akses terhadap boarding pass cetak tetap disediakan, khususnya untuk kondisi darurat.
Efisiensi Operasional Maskapai
Selain mempermudah penumpang, kebijakan boarding pass digital turut membantu maskapai dari sisi efisiensi. Pengurangan kertas otomatis menekan biaya cetak.
“Namun, penghematan tersebut tidak sepenuhnya menghilangkan biaya operasional, karena sistem digital tetap membutuhkan perawatan, pembaruan sistem, serta dukungan infrastruktur teknologi,” tambah Tashia.
Artinya, Citilink tetap harus berinvestasi dalam pengembangan sistem digital. Dukungan teknologi, jaringan, dan keamanan data penumpang menjadi fokus penting dalam memastikan kelancaran kebijakan ini.
Meski begitu, penghematan dari sisi penggunaan kertas tetap menjadi kontribusi nyata dalam mendukung efisiensi sekaligus menjaga lingkungan.
Menjawab Kritik Publik
Ada sebagian pihak yang menilai kebijakan ini berpotensi diskriminatif terhadap penumpang yang tidak memiliki smartphone. Terkait hal itu, Citilink menegaskan kembali komitmennya untuk selalu memberikan pilihan.
“Intinya, kami memberikan pilihan. Penumpang bisa pakai digital atau cetak sesuai kebutuhan. Tujuannya tetap sama, memberikan pengalaman terbang yang lebih cepat, cerdas, dan ramah lingkungan,” tutup Tashia.
Dengan adanya fleksibilitas ini, Citilink memastikan bahwa setiap penumpang tetap mendapatkan hak yang sama untuk mengakses layanan sesuai kenyamanan mereka.
Menyelaraskan Digitalisasi dan Inklusivitas
Kebijakan boarding pass digital yang dicanangkan Citilink bukan sekadar perubahan teknis, melainkan bagian dari visi besar transformasi layanan penerbangan.
Di satu sisi, penggunaan boarding pass digital mendukung modernisasi layanan, mengurangi antrean, dan mempercepat proses perjalanan. Di sisi lain, Citilink tetap memperhatikan inklusivitas, khususnya bagi penumpang yang tidak terbiasa dengan teknologi.
Dengan strategi ini, Citilink berusaha menyeimbangkan kebutuhan zaman modern dengan kenyamanan semua lapisan masyarakat. Langkah tersebut menunjukkan bahwa inovasi tidak harus mengorbankan aksesibilitas.