Bank Neo Fokus Perkuat Kinerja Fundamental Meski Wacana Hapus KBMI I

Rabu, 17 Desember 2025 | 15:51:32 WIB
Bank Neo Fokus Perkuat Kinerja Fundamental Meski Wacana Hapus KBMI I

JAKARTA - PT Bank Neo Commerce Tbk. (BBYB) buka suara terkait wacana Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang berencana menghapus klasifikasi bank berdasarkan Kelompok Bank Modal Inti (KBMI) I. Direktur Utama Bank Neo, Eri Budiono, menegaskan perseroan memilih fokus memperkuat kinerja fundamental daripada berspekulasi terhadap kebijakan yang masih bersifat wacana.

Menurut Eri, Bank Neo menitikberatkan pada perbaikan profitabilitas, tata kelola, dan komunikasi kinerja ke pasar. “Sekarang ini kami benar-benar fokus ke apa yang ingin dicapai. Tahun ini setidaknya kami sampaikan profitabilitas, tata kelola kita perbaiki, dan yang penting adalah bagaimana mengomunikasikan semua ini ke market,” ujarnya dalam paparan publik, Selasa, 16 Desember 2025.

Dari sisi permodalan, Bank Neo masih mengandalkan laba ritel dengan modal inti sekitar Rp4 triliun. Eri menilai kondisi permodalan perseroan masih memadai jika dilihat dari rasio kecukupan modal (CAR) yang kuat.

Modal inti Bank Neo menguat menjadi Rp4 triliun, naik 1,52% dibanding September 2025 sebesar Rp3,94 triliun, dan tumbuh 20,06% YoY dari Rp3,33 triliun pada Oktober 2024. KBMI I merupakan kelompok bank dengan modal inti hingga Rp6 triliun.

CAR Bank Neo per Oktober 2025 tercatat meningkat signifikan menjadi 47,77%, dibandingkan 35,89% pada periode yang sama tahun sebelumnya. Rasio ini menunjukkan posisi permodalan perseroan berada jauh di atas ketentuan minimum dan mendukung stabilitas operasional.

Tidak Mengejar Status KBMI II

Menanggapi peluang naik kelas ke KBMI II, Eri menyatakan bahwa perseroan tidak semata-mata mengejar status tersebut. Meski demikian, dia mengakui menjadi bank dengan skala lebih besar membuka ruang bagi pengembangan produk baru.

“Kalau dari sisi kecukupan modal, sebenarnya jauh lebih dari cukup. Tapi tentunya kita ingin menjadi bank yang lebih besar, supaya bisa menawarkan produk lain, misalnya layanan valas untuk nasabah yang suka travel,” jelasnya.

Terkait rencana konsolidasi atau merger seiring dorongan OJK terhadap penguatan struktur perbankan nasional, Eri menegaskan belum ada rencana konkret. Saat ini, Bank Neo masih menunggu arahan lebih lanjut dari regulator.

Isu ini juga menjadi perhatian di internal Perhimpunan Bank Nasional (Perbanas). Sejumlah anggota mempertanyakan mekanisme dan tahapan kebijakan penghapusan KBMI I agar tidak menimbulkan tekanan likuiditas.

Menurut Eri, seluruh bank yang pada saat bersamaan mencari pendanaan dan likuiditas di pasar keuangan berpotensi menimbulkan tekanan. Oleh karena itu, kehati-hatian diperlukan sebelum kebijakan kenaikan kelas diberlakukan secara menyeluruh.

Kinerja Bank Neo hingga Oktober 2025

Bank Neo Commerce mencatat total laba hingga Oktober 2025 senilai Rp517,20 miliar, meningkat dibandingkan laba Oktober 2024 sebesar Rp6,95 miliar. Pertumbuhan ini merupakan hasil pengendalian risiko yang disiplin dan inovasi layanan yang terus diperluas.

Total aset per Oktober 2025 mencapai Rp18,49 triliun, naik 0,34% dibanding September 2025 sebesar Rp18,43 triliun, dan tumbuh 3,01% YoY dari Oktober 2024 dengan Rp17,95 triliun. Modal inti juga menguat menjadi Rp4 triliun, meningkat 1,52% dibanding September 2025 dan naik signifikan 20,06% YoY.

Rasio kredit bermasalah (NPL Gross) membaik menjadi 2,89% per Oktober 2025, dibandingkan 3,74% pada periode yang sama tahun sebelumnya. CAR meningkat menjadi 47,77%, tumbuh kuat 11,88% YoY dari posisi tahun sebelumnya sebesar 35,89%.

Penyaluran kredit per Oktober 2025 tercatat Rp7,40 triliun, turun 14,16% dibanding Oktober 2024 sebesar Rp8,62 triliun. Salah satu produk kredit unggulan, Neo Loan atau Neo Pinjam, mencatatkan pertumbuhan impresif 139% secara tahunan.

Dana pihak ketiga (DPK) per Oktober 2025 berada pada posisi stabil di Rp13,60 triliun, relatif tidak berubah dibanding September 2025 Rp13,62 triliun. Eri menekankan pencapaian ini menegaskan transformasi digital BNC telah memasuki fase yang lebih stabil dan berkelanjutan.

Bank Neo menilai fondasi kinerja saat ini mampu mendukung pertumbuhan jangka panjang. Fokus pada profitabilitas, tata kelola, dan inovasi produk diyakini akan memperkuat posisi perseroan di industri perbankan nasional.

Terkini